Minggu, 20 September 2015

Mantan Menag Menangis Mendengar Program Cetak Al-Quran Dihentikan

NU Online - Program pemerintah sebelumnya melalui Kementerian Agama yakni satu rumah memiliki satu Kitab Suci Al-Quran terancam tak terwujud.

Mantan Menag Menangis Mendengar Program Cetak Al-Quran Dihentikan - NU Online
Mantan Menag Menangis Mendengar Program Cetak Al-Quran Dihentikan - NU Online


Mantan Menag Menangis Mendengar Program Cetak Al-Quran Dihentikan

Hal ini setelah mesin percetakan Al-Quran milik Kementerian Agama (Kemenag) yang digunakan untuk mewujudkan program tersebut segera "dikubur" dan mesin-mesinnya yang bernilai Rp 28 miliar segera menjadi besi tua. "Ya, jadi mesin besi karatan dan besi tua," ungkap mantan Menteri Agama RI, Maftuh Basuni, di kediamannya, Rabu malam (11/8) lalu.

Dengan nada sedih dan suara serak lantaran kesehatannya terganggu, menteri agama periode Kabinet Indonesia Bersatu Jilid I tersebut mengatakan tidak habis pikir dana yang diinvestasikan demikian besar dan diharapkan dapat memenuhi harapan program satu rumah umat Islam dapat memiliki satu Al-Quran, dalam perjalanannya justru segera masuk "liang kubur" alias mati tak terurus.

Di lingkungan Kementerian Agama, lanjut dia, masih ada oknum yang tidak suka percetakan Al-Quran milik kementerian itu dapat berjalan dengan baik. Alasannya, bila percetakan itu berjalan bagus tentu ke depan pengadaan Alquran tidak lagi dilakukan dengan tender. Jika dengan tender, tentu ada komisinya.

"Ujungnya ya komisi," sebut Maftuh yang saat itu pembicaraan kerasnya didengar penulis biografinya, Lingga Akbar.

Lembaga percetakan Al-Quran dibangun dengan dukungan uang APBN dan akan dikelola sebagai badan layanan umum (BLU) di bawah pembinaan Departemen Agama (kini Kemenag). Dana yang dihabiskan mencapai Rp 30 miliar di atas lahan 1.530 meter.

Di atas lahan seluas itu ada mesin pracetak, mesin cetak web, mesin cetak warna, mesin cetak sheet DS4, dan mesin-mesin lainnya. "Saya mencari mesin cetak terbaik. Saat itu saya minta rekomendasi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan," kenang Maftuh dengan nada meninggi.

Maftuh mengatakan, lembaga percetakan Alquran ini dibangun dengan uang dari APBN dan akan dikelola sebagai badan layanan umum (BLU) di bawah pembinaan Departemen Agama. Percetakan Alquran di Jalan Raya Puncak, Km 65, Ciawi, Bogor, Jawa Barat, itu diresmikan pada 15 November 2008 dan mulai berhenti beroperasi sejak pertengahan 2015.

"Saya enggak tahu, sejak dicopot, mengapa percetakan itu tak jalan lagi," ungkap Samidin Nashir, melalui saluran telepon Kamis pagi.

Hadirnya percetakan Al-Quran ini sudah lebih dari 38 tahun dinantikan. Setelah Maftuh lengser, mencuat kasus korupsi Al-Quran di era menteri Suryadharma Ali. Padahal, percetakan tersebut tergolong modern, kapasitas produksi mencapai 1,5 juta eksemplar per tahun. Rencananya, percetakan itu diharapkan dapat menjadi awal menentukan bentuk pelat baku dan meminimalkan salah cetak Al-Quran.

Melalui standar pengawasan mutu ketat yang ditangani Lajnah Pentashih Al-Quran tentu kesalahan cetak bisa dihindari. Lagi pula, perlakuan mencetak kesuciannya terjaga. "Bukan sampul Alquran dijadikan terompet seperti kasus tahun lalu," ujarnya.

Percetakan itu kini hanya ditunggui penjaga. Tidak ada lagi aktivitas. "Sedih, walaupun saya sudah ngasih solusi ke sekjen Kemenag," ungkap Samidin. [NU Online

Dari : http://www.dutaislam.com/2016/08/mantan-menag-menangis-mendengar-program-program-cetak-alquran-dihentikan.html

Kami bukan situs resmi NU, tapi kami sejalan dengan Nahdlatul Ulama yang menciptakan masyarakat dunia maya yang ngadem-ngademi dan tidak profokatif..


EmoticonEmoticon

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs NU Online sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik NU Online. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan NU Online dengan nyaman.


Nonaktifkan Adblock